Metode pengukuran gula pereduksi.
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakanoligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warnamelalui reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula palingbanyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubahrasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri pangan, sukrosadiperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997)
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan denganpereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksiBenedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens(Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metodepengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupunberdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gulapereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukandengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode inimempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobotmolekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas (Gritter et al 1991dalam Swantara 1995).
Prosedur Kerja
Gula merupakan senyawa organik pentingdalam bahan makanan karena gula dapat dicerna didalamtubuh sebagai sumber kalori. Selain itu, gula berfungsisebagai bahan pengawet makanan (Gautara dan Wijandi dalam Marpaung, 2001). Gula termasuk ke dalam karbohidrat, memiliki rasa manis, dan larut dalam air.Gula memiliki sifat-sifat daya larut yang tinggi,kemampuan mengurangi keseimbangan kelembabanrelatif dan mengikat air yang menyebabkan gula banyak digunakan dalam pengawetan bahan pangan (Buckle et al ., 1987). Gula pasir (sukrosa) merupakan jenis gulayang paling banyak dipakai sebagai pemanis karenarasanya lebih dapat memberikan kenikmatan sehinggadianggap sebagai pemanis baku (Komalasari, 1991 dalam Marpaung, 2001).Gula, garam dan polihidrat lain bersifathumektan. Humektan adalah senyawa kimia yangbersifat higroskopis dan mampu menurunkan aw dalambahan pangan. Selain memiliki kemampuan mengikat air an menurunkan aw, humektan juga berarti dapat bersifatantimikroba, memperbaiki tekstur, citarasa dan dapatmeningkatkan nilai kalori (Labuza, 1975 dalam Marpaung, 2001).
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gulapereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semuamonosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosadan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yangdihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzimmaka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yangdihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitrosalisilat/ dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakanoligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula memberikan flavor dan warnamelalui reaksi browning secara non enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula palingbanyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubahrasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Dalam industri pangan, sukrosadiperoleh dari bit atau tebu (Winarno 1997)
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan denganpereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksiBenedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens(Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metodepengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupunberdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gulapereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukandengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode inimempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobotmolekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas (Gritter et al 1991dalam Swantara 1995).
Prosedur Kerja
- Contoh sebanyak 5-10 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml sertaditambah air aquades hingga tanda tera.
- Disaring dan dipipet 50 ml filtratnya, dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml. Ditambahkan10 ml Pb asetat setengah basa kemudian dikocok. Dites dengan tetesan larutan Na2HPO4 10%. Bila timbul endapan putih berarti sudah cukup.
- Ditambahkan air hingga tanda tera, dikocok dan dibiarkan sekitar 30 menit dan kemudiandisaring.
- Sebelum terjadi InversiFiltrat sebanyak 10 ml dipipet ke dalam labu erlenmeyer 500 ml bertutup asah. Ditambahkan15 ml air , dan 25 ml larutan luff.
- Dipanaskan selama 2 menit sampai mendidih dan didihkan terus selama 10 menit dengannyala kecil. Diankat dan didinginkan cepat.
- Setelah dingin ditambahkan 10-15 ml KI 30 % dan 25 ml H2SO4 25 % dengan pelan-pelan.
- Dititrasi dengan larutan tio 0,1 N dan larutan kanji 0,5 % sebagai indikator setelah larutanmenjadi berwarna putih kekuningan. Setelah terjadi inversiFiltrat sebanyak 50 ml dipipet dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml. Ditambahkan 5 mlHCL 25 % kemudian labu dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 60-70 0C.
- Dibiarkan selama 10 menit agar menginversi gula-gula.
- Diangkat dan didinginkan, ditambahkan NaOH 30 % hingga merah jambu.
- Tepatkan hingga tanda tera dan kocok secukupnya.
- Dipipetkan 10 ml larutan ini dan tetapkan gula sesudah inversi dengan cara di atas. Dariselisih kedua penitaran dapat diahitung jumlah glukosa fruktosa atau gula invert denganmenggunakan daftar.
Gula merupakan senyawa organik pentingdalam bahan makanan karena gula dapat dicerna didalamtubuh sebagai sumber kalori. Selain itu, gula berfungsisebagai bahan pengawet makanan (Gautara dan Wijandi dalam Marpaung, 2001). Gula termasuk ke dalam karbohidrat, memiliki rasa manis, dan larut dalam air.Gula memiliki sifat-sifat daya larut yang tinggi,kemampuan mengurangi keseimbangan kelembabanrelatif dan mengikat air yang menyebabkan gula banyak digunakan dalam pengawetan bahan pangan (Buckle et al ., 1987). Gula pasir (sukrosa) merupakan jenis gulayang paling banyak dipakai sebagai pemanis karenarasanya lebih dapat memberikan kenikmatan sehinggadianggap sebagai pemanis baku (Komalasari, 1991 dalam Marpaung, 2001).Gula, garam dan polihidrat lain bersifathumektan. Humektan adalah senyawa kimia yangbersifat higroskopis dan mampu menurunkan aw dalambahan pangan. Selain memiliki kemampuan mengikat air an menurunkan aw, humektan juga berarti dapat bersifatantimikroba, memperbaiki tekstur, citarasa dan dapatmeningkatkan nilai kalori (Labuza, 1975 dalam Marpaung, 2001).
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gulapereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semuamonosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosadan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yangdihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzimmaka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yangdihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitrosalisilat/ dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung