Akhir-akhir ini semakin marak dibicarakan tentang formalin yang terdapat di beberapa bahan makanan. Formalin ini dijadikan salah satu zat untuk mengawetkan makanan, sehingga makanan akan lebih lama bertahan. Sebenarnya penggunaan formalin ini telah lama ditambahkan dalam makanan, namun tindakan dari badan POM kurang tegas dalam mengambil kebijaksanaan. Dalam artikel kali ini“Formalin Bukan Formalitas” akan membahas tentang formalin dan seberapa banyak batas toleransi yang dapat dikonsumsi oleh manusia. “Mungkinkah Ayam Bertelur Tiap Hari? Proses pembentukan telur dipengaruhi oleh banyak faktor. Manajemen yang baik, kontrol kesehatan ayam, kualitas pakan merupakan salah satu faktor yang menunjang produksi yang optimal. Artikel ini akan membahas proses pembentukan telur serta pengetahuan mengenai alat reproduksi ayam betina. Permasalahan dalam suatu peternakan memang tidak ada habisnya. Seperti misalnya kutu. Makhluk kecil ini bias menyebabkan penyakit yang pada akhirnya merugikan peternak. Sehingga kontrol kutu perlu dilakukan. Bagaimana cara mengontol kutu? Simak pada artikel “Kontrol Kutu, Perlu Diwaspadai”. Informasi dunia peternakan kali ini mengenai “Bungkil Kelapa Sawit”. Mungkin bagi kita tidaklah asing. Apakah bungkil kelapa sawit serta keistimewaannya sehingga dapat digunakan sebagai salah satu bahan pakan unggas? “Pentingnya Bungkil Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pakan Sumber Protein” baik sekali untuk disimak. Masih seputar masalah Flu Brurung, dalam buletin kali ini dibahas mengenai pengobatan yang dapat dilakukan jika terinfeksi flu burung serta teknologi baru para peneliti dalam membuat obat baru yang efektif melawan virus flu burung. Serta jangan lewatkan “H5N1 : Skenario Pandemi Manusia “flu burung baru menular dari unggas ke manusia, belum dari manusia ke manusia. Demikianlah informasi yang dapat kami sajikan, semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Dibanding desinfektan lain sehingga lebih dipilih untuk mengawetkan mayat. Bahan pengawet ini, menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono, sebetulnya berbentuk padat dengan sebutan formaldehida atau dalam istilah asingnya ditulis formaldehyde. Zat yang sebetulnya banyak memiliki nama lain berdasarkan senyawa campurannya inimemiliki senyawa CH2OH yang reaktif dan mudah mengikat air. Bila zat ini sudah bercampur dengan air barulah dia disebut formalin. Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal . Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet.
Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bidesinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya. Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada lambung. Terlebih, bila formalin yang masuk ke tubuh itu memilik dosis tinggi. Masalahnya, sebagai bahan yang digunakan hanya untuk mengawetkan makanan, dosis formalin yang digunakan pun akan rendah. Sehingga efek samping dari mengkonsumsi makanan berformalin tidak akan dirasakan langsung oleh konsumen.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah berapa lama bahan pengawet ini berada di dalam tubuh baru kemudian menimbulkan efek yang dikuatirkan? Pertanyaan ini tentu sangat sulit untuk dijawab. Alasannya, tidak boleh menjadikan manusia sebagai medium percobaan dan tidak perlu lagi ada penelitian, jika sudah diketahui bahwa formalin memiliki senyawa kimia yang pasti akan merusak organ tubuh manusia dan metabolisme di dalamnya. Banyak pihak mengingatkan formalin juga memiliki sifat karsinogen atau dapat menyebabkan kanker.Tetapi kemunculan kanker akibat bahan berbahaya ini dengan kanker dari penyebab yang lain hampir sulit dibedakan, keduanya membutuhkan waktu panjang untuk menyerang tubuh manusia. Memang, mudah sekali untuk mengetahui apakah tubuh seseorang telah menyerap formalin, yaitu dengan reaksi asam basa. Tetapi, seperti yang terjadiselama ini, tidak pernah ditemukan korban jiwa penyakit kanker yang dipastikan akibat telah lama mengkonsumsi makanan berformalin. Berbagai Produk Keberadaan formaldehida sendiri ada dalam berbagai macam produk. Formaldehida juga ditemukan pada asap rokok dan udara yang tercemar asap kendaraan bermotor. Selain itu bias didapat juga pada produk-produk termasuk antiseptik, obat, cairan pencuci piring, pelembut cucian, perawatan sepatu, pembersih karpet dan bahan adhesif. Formaldehida juga ada dalam kayu lapis terutama bila masih baru. Kadar formaldehida akan turun seiring berjalannya waktu. Jika seseorang membeli furnitur baru, sebaiknya selalu membuka jendela untuk menurunkan kadar formaldehida dalam ruangan. Formaldehida secara natural sudah ada dalam bahan makanan mentah dalam kisaran 1 mg per kg hingga 90 mg per kg. Selain dikenal sebagai formalin, nama dagang formaldehida sendiri sangat beragam, diantaranya : ivalon, quaternium-15, lysoform, formalith, BVF, metylene oxide, morbicid, formol, superlsoform dan lain-lain. Quaternium-15 ditemukan di hampir semua jenis produk perawatan. Jangan heran bila formalin merupakan bahan yang biasa dipakai antara lain dalam shampo bayi, deodoran, parfum, cat rambut, cairan penyegar mulut, pasta gigi. Sekarang, sejauh mana kadar toleransi pemakaian bahan kimia untuk berbagai produk, terutama produk kebutuhan rumah tangga? Suatu bahan kimia dikatakan beracun bila berada di atas ambang batas yang diperbolehkan. American Conference of Govermental and Industrial Hygienists (ACGIH) menetapkan ambang batas (Threshould Limit Value/TLV) untuk formaldehida adalah 0,4 ppm. Sementara National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) merekomendasikan paparan limit untuk para pekerja adalah 0,016 ppm selama periode 8 jam, sedangkan untuk 15 menit 0,1 ppm.
Dalam International Programme on Chemical Safety (IPCS) disebutkan bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0.2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. Hampir semua jaringan di tubuh mempunyai kemampuan untuk memecah dan memetabolisme formaldehida. Salah satunya membentuk asam format dan dikeluarkan melalui urine. Formaldehida dapat dikeluarkan sebagai CO2 dari dalam tubuh. Tubuh juga diperkirakan bias memetabolisme formaldehida bereaksi dengan DNA atau protein untuk membentuk molekul yang lebih besar sebagai bahan tambahan DNA atau protein tubuh. Formaldehida tidak disimpan dalam jaringan lemak. NIOSH menyatakan formaldehida berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm. Sedangkan dalam Material Safety Data Sheet (MSDS), formaldehida dicurigai bersifat kanker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar